Just another free Blogger theme

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI PENGURUS RANTING NU DESA MERGASANA KECAMATAN KERTANEGARA KABUPATEN PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH KODE POS 53358 - TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
Tampilkan postingan dengan label Biografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Biografi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 28 Januari 2023


KH. Chambali dulu nama aslinya adalah Salbani, beliau putra ke 2 dari 6 bersaudara yaitu diantaranya :

     1. Surtini atau Nyai, Yasrodji

     2.  KH. Chambali atau Salbani

     3.  Surtinah atau Nyai H. Abdul Mu’in

     4.   Kyai. Achmad Suhardjo atau Parno

     5.  KH. Achmad Suchemi atau Kemi

     6.   Kyai. Muchamad atau Madmuchtar


Dua wanita dan empat pria itu hasil pernikahan dari si mbah Asmawikrama dan mbah Sulbini keduanya asli dari Mergasana.


Pendidikan beliau hanya belajar di pesantren, sebab masa itu yang sedang ngetren adalah pendidikan pesantren, beliau nyantri di pesantren Karangsari, Sumbang Purwokerto dan di pesantren Saradjaya, Cikulak, Ciledug.


Teman satu daerah waktu di Saradjaya yaitu, Kyai Fadholi Kedunglemah, Kedungbanteng, Purwokerto, Bapaknya Pak Nachrowi, maka terjadilah pernikahan putrinya yang bernama Siti Kulsum dengan Nachrowi.


KH. Chambali adalah seorang yang ramah dan lekas akrab atau beradaptasi dengan semua lapisan masyarakat, maka gampang dikenal dan gampang kenal.


Beliau bisa menghadirkan KH. ABBAS Buntet sehabis mengikuti Mu’tamar NU di Purwokerto pada tahun 1937, kehadiran KH. ABBAS ditandu/ digotong  dari Bobotsari dengan kursi alangkah hebatnya.

 

Waktu desa Mergasana mau membangun masjid pertama yang menemukan gambar modelnya "MEKUTHO" ( tutup brunjung ) dan mimbar Khutbah, yang waktu itu tertulis dengan huruf arab 1933, dan katanya mekutho dan mimbar khutbah itu diiring mengelilingi desa, dan mimbarnya sampai sekarang juga masih ada.



Menurut kabar dari orang-orang tua, beliau Ziyarah ke Makkah itu pada tahun 1925, di tahun itulah di Saudi Arabia ada kudeta perebutan kekuasaan yang menang adalah Ibnu Sa'ud yang didukung oleh seorang ulama besar Saudi Arabia yang bernama Abdul Wahab. Maka aliran dan faham yang di Saudi Arabia waktu itu disebut Faham Wahabi.    



Beliau tidak sampai ke Madinah, sebab waktu itu dalam keadaan bahaya maka dikasih nama H. Chambali. Keinginan untuk menyempurnakan Ibadah Hajinya terus menggelora dihati yang dalam ingin ziyarah ke makam Rosul. Ada tawaran dari Yayasan “MUAWANAH LIL MUSLIMIN” atau “MU’ALIM” tidak ragu-ragu langsung mendaftar bersama tiga orang temanya yakni, Chalimi, Bachri dan Sanwasi, tapi apa yang terjadi ?



Allah menghendaki yang lain di kibuli, diapusi (dibohongi) oleh yayasan dan tidak sampai berangkat, IsyaAllah Tuhan tidak akan menagih kewajiban yang ditanggungnya, sebab sudah keluar biaya setoran kepada yayasan tersebut.



Beliau seorang yang sangat-sangat memikirkan pendidikan, beliau menjadi pelopor berdirinya Madrasah Diniyah dulu namaya Sekolah Arab, dan sekolah Dasar (SD) yang diawali pembangunanya dengan membuat bata merah dengan masyarakat sampai pembangunan Madrasah Diniyah selesai.


MasyaAllah, hari itu menyelesaikan pembangunan SD, ba’da Sholat Isya mengadakan rapat panitia peringatan Mauludan/ Isr'o Mi'roj, malam itu juga beliau meninggal dunia tanpa sakit, beliau meninggal pada hari Sabtu tanggal 5 Juli 1965


Beliau seorang yang sangat memikirkan para petani supaya jangan sampai gagal panen ketika dimusim kemarau, berkali-kali setiap musim kemarau panjang beliau berusaha ambil air dawuh (Jawa) / membuat irigasi  dari desa Kertanegara dan Alhamdulillah berhasil.



Beliau juga seorang yang sangat hormat kepada Guru Musrsyidnya, setiap Buntet Haul membawa orang sampai 40 orang, dengan sabar dan penuh tanggung jawab yaitu dengan naik kereta kluthuk sampai ke Buntet dua hari atau bahkan tiga hari.


Berikut ini nama putra-putri KH. Chambali :


1.  Abdulloh

2.  Abdul fathi

3.  Mukhdor

4.  Onasiyah

5.  Siti Ruqoyah

6.  Umi Kulsum

7.  Nachdudin Ansor


Demikian riwayat singkat KH. Chambali mudah-mudah bermanfaat bagi anak cucu keturunya dan kita semua, Amiinn…

 



Nyai. Rochmah Binti KH. Abu Bakar Sidiq 

(Istri KH. CHambali Bin Asmawikrama)






Nyai Onasiah Binti KH. Chambali 







Nyai. Siti Ruqoyah Binti KH. Chambali







Nyai. Umi Kultsum Binti  KH. Chambali







Bpk. Nachdudin Ansor Bin KH. Chambali




Sejarawan : Ky. Amin Muchtadi

Editor: Lutfi Royandi




























Bagi saudara yang membutuhkan file silsilah KH. Chambali berikut saya sertakan link yang bisa download

👇

https://drive.google.com/uc?export=download&id=1okKmG5IoJSbScLIrC7qnbJmb6Glj7TKn



Senin, 23 Januari 2023


Terpetik dalam riwayat desa Mergasana awal abad 19, diarah tenggara order distrik Karanganyar ada suatu wilayah yang dihuni masyarakat manusia termasuk masyarakat hukum, yang berbatasan dengan sebelah barat penatusan Kaliori, sebelah Timur desa Karangsari order distrik Karangmoncol, dan disebelah selatan desa Sidareja kecamatan Kaligondang, itulah desa Mergasana.


Pada saat itu dipimpin oleh seorang BEKEL Surawecana dan CONGGOK Asanmurawi. Kemungkinan kata BEKEL itu sepadan dengan LURAH, dan kata CONGGOK itu sepadan dengan BAU, buktinya ini berlaku pada masyarakat yang dipimpin oleh lurah Surawecana, dan Bau Asanmurawi. Data ini mengambil dari peta desa tahun 1906 untuk ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).


Menurut cerita masyarakat desa Mergasana waktu itu belum semangat beragama. Alhamdulillah pada tahun 1912 dalam pemerintahan penjajahan Belanda, dengan pertolongan Allah dan Ridhonya ada seorang ulama dari Kuningan Jawa Barat berkunjung dan berdakwah Islam yaitu KH. Zaenal Arifin bersama putra – putrinya yaitu:

1. KH. Abu Bakar.  

2. KH. Iskhak.  

3. KH. Dasuki.  

4. KH. Sarbini.

5. KH. Suchemi.  

6. Nyai Siti Maryam.

7. Nyai Armalah.

8. Nyai Syarifah.

9. Nyai Fatimah, dan

10. Nyai Nafisyah.


Lurah pada waktu itu tergugah dan terbuka mata hatinya untuk memikirkan kemajuan Islam di Mergasana, supaya ada yang mengajar tetap lajunya Islam di Mergasana, maka berinisiatif purti sulungnya yang bernama Mursini dinikahkan dengan KH. Abu Bakar pada tahun 1913, dan  KH. Sarbini diambil mantu juga oleh Lurah Kertanegara dan menetap juga di Kertanegara.  


Langkah begitu itu juga dijalani atau dialami oleh perjuangan para Wali Songo. Seperti Raden Rahmat atau Sunan Ampel dipersunting puteri Raja Brawijaya. Begitu juga Sunan Gunung Jati juga mempersunting Puteri Raja Pajajaran Prabu Siliwangi, dan masih banyak lagi contoh lainya.  


Kedua mempelai dua sejoli itu rupanya mendapat kecocokan Visi dan Misi, maka di tahun 1916 setelah tiga tahun hidup bersama mertua, maka dipisah rumah untuk belajar mandiri dan melanjutkan perjuanganya yaitu, “Izul Islam Wal Muslimin”.


Beliu mendirikan rumah di Grumbul Kebanaran yang sekarang wilayah RT 11 RW 03 desa Mergasana Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga.  Menurut cerita beliau adalah orang yang suka silaturrahmi dari pintu ke pintu, maka langkah pertama cara dakwah beliau yaitu memakai cara “Endong Sistem”  (Kunjungan Silaturrahmi) itu berjalan selama kurang lebih 4 tahun.  


Pada tahun 1920 atas dukungan Lurah dan Masyarakat maka beliau merintis membangun Pondok Pesantren yang berlokasi dikomplek Mushola Baitur Rahman RT 11 RW 03,  konon cerita santri pertamanya antara lain:

1Kyai. Rouf dari Kaliputih

2. KH. Ansor dari Condong

3. KH. Abdurrahman Lurah Batur Picung 

4. Mbah Kyai Cheran Babakan Purbalingga


Perjuangan beliau dibantu oleh adik iparnya yang bernama Kyai. Chalil, berati mantu Lurah pada waktu itu ada dua orang yang dari tokoh agama yaitu KH. Abu Bakar dan Kyai. Chalil.


Alhamdulillah pada saat itu, mulai ramai putra-putra orang kaya, dan orang ekonomi lemah pun pada mesantren.  Putra-putra orang kaya seperti :  KH. ChambaliAchmad SuharjoMadsuchemi – dan Madmuchtar, mesantren mualai dari Karangsari Purwokerto sampai Cibulak Cirebon. 


Tidak ketinggalan dari putra –putra dari orang yang berekonomi lemah tapi ada animo ingin bisa ngaji (Belajar Ngaji) pada berangkat mesantren seperti : Almarchum Bachri, Alm Kudasi, Alm Yasroni, Alm Madyasir, dan Alm Madsalimi, mereka mesantren dari pesantren Karangsari, Petuguran sampai Cibulak sambil mencari dana sendiri.  


Santri-santri yang belajar di Cirebon mulai ada yang mukim, maka jadi incaran beliau KH. Abu Bakar. Maka sekitar tahun 1926 putrinya yang sulung yang bernama Rochmah dinikahkan dengan santri Cirebon yang bernama KH. Chambali.


Bersama masyarakat dan santri di tahun 1933 membangun masjid semi permanen dengan Brunjung dan Mekutha Tembaga, sampai sekarang Mekutha dan Mimbarnya sebagai saksi bisu.  Perjuangan jalan terus, pelan tapi pasti, sehingga Islam kelihatan berkembang di Mergasana, Beliau meninggal dunia pada tahu 1963, dengan meninggalkan putra wayah (Anak, cucu).  Semoga Putra Wayahnya bisa meneruskan perjuangan Embahnya.  Amiinn ...               Sekian.  Terimakasih.





Makam KH. Abu Bakar Sidiq Bin Zaenal 'Arifin



Sejarawan: Ky. Amin Muchtadi

    Editor: Lutfi Royandi       



Fail sejarah ringkas almaghfurlah KH. Abu Bakar Sidiq yang bisa didownload:

👇

https://drive.google.com/uc?export=download&id=10GgPR4u0D0wG9r6D4Q3px216mKZPUmRc