KH. Chambali dulu nama aslinya adalah Salbani, beliau putra ke 2 dari 6 bersaudara yaitu diantaranya :
1. Surtini atau Nyai, Yasrodji
2. KH.
Chambali atau Salbani
3. Surtinah atau Nyai H. Abdul Mu’in
4. Kyai. Achmad Suhardjo atau Parno
5. KH. Achmad Suchemi atau Kemi
6. Kyai. Muchamad atau Madmuchtar
Dua wanita dan empat pria itu hasil pernikahan dari si mbah Asmawikrama dan mbah Sulbini keduanya asli dari Mergasana.
Pendidikan beliau hanya belajar di pesantren, sebab masa itu yang sedang ngetren adalah pendidikan pesantren, beliau nyantri di pesantren Karangsari, Sumbang Purwokerto dan di pesantren Saradjaya, Cikulak, Ciledug.
Teman satu daerah waktu di Saradjaya yaitu, Kyai Fadholi Kedunglemah, Kedungbanteng, Purwokerto, Bapaknya Pak Nachrowi, maka terjadilah pernikahan putrinya yang bernama Siti Kulsum dengan Nachrowi.
KH.
Chambali adalah seorang yang ramah dan lekas akrab atau beradaptasi dengan
semua lapisan masyarakat, maka gampang dikenal dan gampang kenal.
Beliau bisa menghadirkan KH. ABBAS Buntet sehabis
mengikuti Mu’tamar NU di Purwokerto pada tahun 1937, kehadiran
KH. ABBAS ditandu/ digotong dari
Bobotsari dengan kursi alangkah hebatnya.
Waktu desa Mergasana mau membangun masjid pertama yang menemukan
gambar modelnya "MEKUTHO" ( tutup brunjung ) dan mimbar Khutbah, yang waktu
itu tertulis dengan huruf arab 1933, dan katanya mekutho dan mimbar
khutbah itu diiring mengelilingi desa, dan mimbarnya sampai sekarang juga masih
ada.
Menurut kabar dari orang-orang tua, beliau Ziyarah ke Makkah itu pada tahun 1925, di tahun itulah di Saudi Arabia ada kudeta perebutan kekuasaan yang menang adalah Ibnu Sa'ud yang didukung oleh seorang ulama besar Saudi Arabia yang bernama Abdul Wahab. Maka aliran dan faham yang di Saudi Arabia waktu itu disebut Faham Wahabi.
Beliau tidak sampai ke Madinah, sebab waktu itu dalam keadaan
bahaya maka dikasih nama H. Chambali. Keinginan untuk menyempurnakan
Ibadah Hajinya terus menggelora dihati yang dalam ingin ziyarah ke makam Rosul.
Ada tawaran dari Yayasan “MUAWANAH LIL MUSLIMIN” atau “MU’ALIM”
tidak ragu-ragu langsung mendaftar bersama tiga orang temanya yakni, Chalimi,
Bachri dan Sanwasi, tapi apa yang terjadi ?
Allah menghendaki yang lain di kibuli, diapusi (dibohongi) oleh
yayasan dan tidak sampai berangkat, IsyaAllah Tuhan tidak akan menagih
kewajiban yang ditanggungnya, sebab sudah keluar biaya setoran kepada yayasan
tersebut.
Beliau seorang yang sangat-sangat memikirkan pendidikan, beliau menjadi pelopor berdirinya Madrasah Diniyah dulu namaya Sekolah Arab, dan sekolah Dasar (SD) yang diawali pembangunanya dengan membuat bata merah dengan masyarakat sampai pembangunan Madrasah Diniyah selesai.
MasyaAllah, hari itu menyelesaikan pembangunan SD, ba’da Sholat Isya mengadakan rapat panitia peringatan Mauludan/ Isr'o Mi'roj, malam itu juga beliau meninggal dunia tanpa sakit, beliau meninggal pada hari Sabtu tanggal 5 Juli 1965.
Beliau seorang yang sangat memikirkan para petani supaya jangan sampai
gagal panen ketika dimusim kemarau, berkali-kali setiap musim kemarau panjang beliau berusaha ambil
air dawuh (Jawa) / membuat irigasi dari desa Kertanegara dan Alhamdulillah
berhasil.
Beliau juga seorang yang sangat hormat kepada Guru Musrsyidnya, setiap Buntet Haul membawa orang sampai 40 orang, dengan sabar dan penuh tanggung jawab yaitu dengan naik kereta kluthuk sampai ke Buntet dua hari atau bahkan tiga hari.
Berikut ini nama putra-putri KH. Chambali :
1. Abdulloh
2. Abdul
fathi
3. Mukhdor
4. Onasiyah
5. Siti
Ruqoyah
6. Umi
Kulsum
7. Nachdudin
Ansor
Demikian riwayat singkat KH. Chambali mudah-mudah bermanfaat bagi
anak cucu keturunya dan kita semua, Amiinn…
Nyai. Rochmah Binti KH. Abu Bakar Sidiq
(Istri KH. CHambali Bin Asmawikrama)
Nyai. Umi Kultsum Binti KH. Chambali
Bpk. Nachdudin Ansor Bin KH. Chambali
Sejarawan : Ky. Amin Muchtadi
Editor: Lutfi Royandi
Bagi saudara yang membutuhkan file silsilah KH. Chambali berikut saya sertakan link yang bisa download
👇
https://drive.google.com/uc?export=download&id=1okKmG5IoJSbScLIrC7qnbJmb6Glj7TKn
Alhamdulillah nderek bingah, mugio manfaati
BalasHapusInggih sami-sami, Amiinn
BalasHapus