Just another free Blogger theme

SELAMAT DATANG DI WEBSITE RESMI PENGURUS RANTING NU DESA MERGASANA KECAMATAN KERTANEGARA KABUPATEN PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH KODE POS 53358 - TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA

Jumat, 03 Februari 2023

Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6666 ayat, Jumlah 6666 ayat ini berdasarkan kandungan Al Qur'an. Salah satu rujukan yang menjelaskan hal ini adalah Syekh Nawawi al-Bantani (1316 H/1897 M) dalam kitabnya Nihayatuz-Zain fi Irsyadil-Mubtadiin.


Gambar: www.google.com
 

Dari 114 ayat yang ada di dalam Al Qur’an salah satunya terdapat surat Yasin yang memberikan petunjuk dan bimbingan kepada umat manusia, agar selamat di dunia dan di akhirat.

 

Sebagai Muslim harus taat membaca Al Qur’an secara istiqomah agar mendapat kesempurnaan dalam membacanya juga harus memperhatikan adab-adabnya.


Berikut adab-adab membaca Al Qur’an diantaranya:

    1.    Sebelum membaca Al Qur’an harus dalam keadaan suci.

Al Qur’an merupakan kitab suci, maka disunnahkan sebelum membaca Al Qur’an untuk berwudu terlebih dahulu, karena yang dibaca adalah firman Allah SWT.


    2.    Mengangkat Al Qur’an dengan kedua tangan.

Pada saat mengambil dan memegang Al Qur’an sebaiknya dengan kedua belah tangan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti jatuh ke lantai.


    3.    Membaca Al Qur’an dengan menghadap Kiblat.

Etika kita mendirikan shalat diwajibkan untuk menghadap Kiblat, sebagaimana membaaca Al Qur’an akan lebih baiknya jika dibaca dengan menghadap kiblat.


    4.    Membaca ta’awwudz dan basmalah sebelum membaca Al Qur’an.

Bunyi Ta’awwudz yaitu:

أعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ


Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari gangguan setan yang terkutuk”


Kemudian dilanjutkan membaca basmalah, maksudnya adalah ketika membaca Al Qur’an agar tidak terganggu oleh setan beserta tipu dayanya, sehingga hati dan pikiran tetap tenang dan fokus.


     5.   Membaca Al Qur’an dengan tartil atau pelan-pelan dan tenang.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang terdapat di dalam surat Muzammil yang artinya: “ … atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan perlahan-lahan” (QS. Al Muzammil ayat 4)

 

Membaca Al Qur’an dengan tartil akan mempengaruhi jiwa serta dapat meembuat suasana hati menjadi tenang dan tentram Insyaallah.


Begitulah adab-adab ketika membaca Al Qur'an, harapanmya mudah-mudahan kita selalu istiqomah dalam membaca dan memahami kandungan ayat-ayat Al Qur'an, sehingga kita akan mendapatkan keberkahan dan syafa'atnya dihari kiamat. 

Senin, 30 Januari 2023

 

Al Qur’an mendorong manusia untuk berkata santun dalam pergaulannya dengan orang lain, Kesantunan tersebut merupakan gambaran dari manusia yang memiliki kepribadian yang tinggi.



Gambar: www.google.com


Berikut ini Al Qur’an memberikan enam prinsip dalam berbahasa, yaitu:

    1.  Qaulan Sadida (QS. An-Nisa ayat 9, Al Ahzab ayat 70)

Perkataan Qaulan Sadida diartikan sebagai ucapan yang lemah lembut (halus), jelas, jujur, tepat, baik dan adil.

Lemah lembut artinya cara penyampaian menggambarkan kasih saying dengan kata-kata yang lemah lembut.

Jelas mengandung arti terang, sehingga taka da penafsiran lain.

Jujur artinya transparan, apa adanya.

Tepat artinya kena sasaran, sesuai yang ingin dicapai.

Baik artinya sesuai dengan nilai-nilai, baik nilai moral masyarakat maupun illahiyah.

Adil mengandung arti isi pembicaraan sesuai dengan kesestiannya, tidak berat sebelah atau memihak.


     2. Qulan Ma’rufa (QS An –Nisa ayat 5 dan 8, QS Al-Baqarah ayat 235, QS Al-Anfal ayat 32)

Qaulan Ma’rufa adalah baik dan diterima oleh nilai-nilai yang berlaku di lingkungan masyarakat.


Dengan kata lain bahwa qaulan ma’rufa mengandung arti perkataan yang baik yaitu perkataan yang sopan, halus, indah, benar, penuh penghargaan, dan menyenangkan, serta sesuai dengan kaidah dan hukum dan logika dan diucapankan dengan cara pengungkapan yang sesuai dengan norma serta diarahkan kepada orang yang tepat.


     3.  Qaulan Baligha (QS An-Nisa ayat 63)

Qulan Baligha diartikan sebagai pembicaraan yang fasih atau tepat, jelas maknanya, terang, serta tepat mengungkapkan apa yang dikehendakinya atau juga dapat diartikan sebagai ucapan yang benar dari segi kata. Dan apabila dilihat dari segi sasaran atau ranah yang disentuhnya dapat diartikan sebagai ucapan yang efektif.


1   4.  Qulan Maysura (QS Al-Isra ayat 28)

Qulan Maysura artinya perkataan yang mudah, bernada lunak, indah, menyenagkan, halus serta memeberikan rasa optimis bagi orang yang diajak bicara.

Mudah artinya bahasanya komunikatif sehingga dapat dimengerti dan berisi kata-kata yang mendorong orang lain untuk tetap mempunyai harapan.

Ucapan yang lunak adalah ucapan yang menggunakan ungkapan dan diucapkan dengan pantas atau layak.

Sedangkan yang lemah lembut adalah ucapan yang baik dan halus sehingga tidak membuat orang lain kecewa atau tersinggung.


     5.  Qulan Layyina (QS Thaha ayat 20)

Qulan Layyina berarti perkataan yang lemah lembut sehingga dapat menyentuh hati yang diajak bicara. Ucapan yang lemah lembut dimulai dari dorongan dan suasana hati orang yang berbicara.


Apabila berbicara dengan hati yang tulus, maka akan lahir ucapan yang bernada lemah lembut yang berdampak pada terserapnya isi ucapan oleh orang yang diajak bicara.


Sehingga tak hanya sampainya informasi, tetapi juga akan berubahnya pandangan sikap dan prilaku orang yang diajak bicara.


     6.  Qulan Karima (QS A-Isra ayat 23)

Dari segi bahasa qulan karima berarti perkataan mulia.

Perkataan yang mulia adalah perkataan yang memberi penghargaan dan penghormatan kepada orang yang diajak bicara. 


Lebih ringkas apabila kita tinjau dari segi derajatnya, maka akan kita urutkan menjadi karima atau mulia, ma’rufa atau baik, baligha atau tepat, masyura atau mudah, dan sadida atau benar.


Begitulah ajaran agama mengatur etika dan anjuran berbahasa dengan baik dalam kehidupan.




Sabtu, 28 Januari 2023


KH. Chambali dulu nama aslinya adalah Salbani, beliau putra ke 2 dari 6 bersaudara yaitu diantaranya :

     1. Surtini atau Nyai, Yasrodji

     2.  KH. Chambali atau Salbani

     3.  Surtinah atau Nyai H. Abdul Mu’in

     4.   Kyai. Achmad Suhardjo atau Parno

     5.  KH. Achmad Suchemi atau Kemi

     6.   Kyai. Muchamad atau Madmuchtar


Dua wanita dan empat pria itu hasil pernikahan dari si mbah Asmawikrama dan mbah Sulbini keduanya asli dari Mergasana.


Pendidikan beliau hanya belajar di pesantren, sebab masa itu yang sedang ngetren adalah pendidikan pesantren, beliau nyantri di pesantren Karangsari, Sumbang Purwokerto dan di pesantren Saradjaya, Cikulak, Ciledug.


Teman satu daerah waktu di Saradjaya yaitu, Kyai Fadholi Kedunglemah, Kedungbanteng, Purwokerto, Bapaknya Pak Nachrowi, maka terjadilah pernikahan putrinya yang bernama Siti Kulsum dengan Nachrowi.


KH. Chambali adalah seorang yang ramah dan lekas akrab atau beradaptasi dengan semua lapisan masyarakat, maka gampang dikenal dan gampang kenal.


Beliau bisa menghadirkan KH. ABBAS Buntet sehabis mengikuti Mu’tamar NU di Purwokerto pada tahun 1937, kehadiran KH. ABBAS ditandu/ digotong  dari Bobotsari dengan kursi alangkah hebatnya.

 

Waktu desa Mergasana mau membangun masjid pertama yang menemukan gambar modelnya "MEKUTHO" ( tutup brunjung ) dan mimbar Khutbah, yang waktu itu tertulis dengan huruf arab 1933, dan katanya mekutho dan mimbar khutbah itu diiring mengelilingi desa, dan mimbarnya sampai sekarang juga masih ada.



Menurut kabar dari orang-orang tua, beliau Ziyarah ke Makkah itu pada tahun 1925, di tahun itulah di Saudi Arabia ada kudeta perebutan kekuasaan yang menang adalah Ibnu Sa'ud yang didukung oleh seorang ulama besar Saudi Arabia yang bernama Abdul Wahab. Maka aliran dan faham yang di Saudi Arabia waktu itu disebut Faham Wahabi.    



Beliau tidak sampai ke Madinah, sebab waktu itu dalam keadaan bahaya maka dikasih nama H. Chambali. Keinginan untuk menyempurnakan Ibadah Hajinya terus menggelora dihati yang dalam ingin ziyarah ke makam Rosul. Ada tawaran dari Yayasan “MUAWANAH LIL MUSLIMIN” atau “MU’ALIM” tidak ragu-ragu langsung mendaftar bersama tiga orang temanya yakni, Chalimi, Bachri dan Sanwasi, tapi apa yang terjadi ?



Allah menghendaki yang lain di kibuli, diapusi (dibohongi) oleh yayasan dan tidak sampai berangkat, IsyaAllah Tuhan tidak akan menagih kewajiban yang ditanggungnya, sebab sudah keluar biaya setoran kepada yayasan tersebut.



Beliau seorang yang sangat-sangat memikirkan pendidikan, beliau menjadi pelopor berdirinya Madrasah Diniyah dulu namaya Sekolah Arab, dan sekolah Dasar (SD) yang diawali pembangunanya dengan membuat bata merah dengan masyarakat sampai pembangunan Madrasah Diniyah selesai.


MasyaAllah, hari itu menyelesaikan pembangunan SD, ba’da Sholat Isya mengadakan rapat panitia peringatan Mauludan/ Isr'o Mi'roj, malam itu juga beliau meninggal dunia tanpa sakit, beliau meninggal pada hari Sabtu tanggal 5 Juli 1965


Beliau seorang yang sangat memikirkan para petani supaya jangan sampai gagal panen ketika dimusim kemarau, berkali-kali setiap musim kemarau panjang beliau berusaha ambil air dawuh (Jawa) / membuat irigasi  dari desa Kertanegara dan Alhamdulillah berhasil.



Beliau juga seorang yang sangat hormat kepada Guru Musrsyidnya, setiap Buntet Haul membawa orang sampai 40 orang, dengan sabar dan penuh tanggung jawab yaitu dengan naik kereta kluthuk sampai ke Buntet dua hari atau bahkan tiga hari.


Berikut ini nama putra-putri KH. Chambali :


1.  Abdulloh

2.  Abdul fathi

3.  Mukhdor

4.  Onasiyah

5.  Siti Ruqoyah

6.  Umi Kulsum

7.  Nachdudin Ansor


Demikian riwayat singkat KH. Chambali mudah-mudah bermanfaat bagi anak cucu keturunya dan kita semua, Amiinn…

 



Nyai. Rochmah Binti KH. Abu Bakar Sidiq 

(Istri KH. CHambali Bin Asmawikrama)






Nyai Onasiah Binti KH. Chambali 







Nyai. Siti Ruqoyah Binti KH. Chambali







Nyai. Umi Kultsum Binti  KH. Chambali







Bpk. Nachdudin Ansor Bin KH. Chambali




Sejarawan : Ky. Amin Muchtadi

Editor: Lutfi Royandi




























Bagi saudara yang membutuhkan file silsilah KH. Chambali berikut saya sertakan link yang bisa download

👇

https://drive.google.com/uc?export=download&id=1okKmG5IoJSbScLIrC7qnbJmb6Glj7TKn



Jumat, 27 Januari 2023

 

Salah satu ajaran yang begitu indah di dalam agama Islam adalah ajaran Shilaturrahmi, karena dengan silaturrahmi dendam kesumat akan segera sirna, masalah yang sulit sering bisa diatasi dengan silaturrahmi, begitu juga dengan persaudaraan akan tetap terjalin, bahkan dengan shilaturrahmi ekonomi seseorang bisa meningkat, dan masih banyak lagi hikmah shilaturrahmi lainnya yang menyebabkan hidup kita bisa jadi berkah dan bermanfaat.


Sumber Gambar : www.google.com


Shilaturrahmi/ ukhuwwah atau persaudaraan perlu kita jalin dan dilestarikan, hal ini bukan hanya dengan sesama saudara yang masih ada pertalian darah atau dengan sesama Muslim saja, akan tetapi tercakup di dalamnya :

 

1. Ukhuwwah Islamiyah, yakni persaudaraan antar sesama Muslim, meskipun beda partai, beda aliran.


2Ukhuwwah Ijtimai’yah, yaitu persaudaraan dengan sesama   anggota masyarakat dan atau sesama anggota disebuah organisasi.


3. Ukhuwwah Wathoniyah, yaitu persaudaraan dengan sesama warga Negara, meskipun beda suku, ras, golongan ataupun beda warna kulit.


4. Ukhuwwah Basyariyah, yakni persaudaraan antara sesama umat  manusia, meskipun berlainan negara, bangsa atau agama. 



Alhamdulillah, kita Bangsa Indonesia khususnya masyarakat Jawa sudah sejak lama memanfaatkan ajaran silaturrahmi ini Pasca Ramadhan, yaitu dengan istilah Halal Bi Halal (Maaf-memaafkan)


Dosa kepada Allah SWT dilebur dengan puasa berikut dengan tarawihnya, sedangkan dosa dengan sesama manusia dihapus dengan saling berjabat tangan dan saling memaafkan.


Dari Al Bara’ bin ‘Azib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا   

Artinya: “Tidaklah dua muslim itu bertemu lantas berjabat tangan melainkan akan diampuni dosa di antara keduanya sebelum berpisah.” (HR. Abu Daud no. 5212, Ibnu Majah no. 3703, Tirmidzi no. 2727. Al Hafizh Abu Thohir menyatakan bahwa sanad hadits ini dhaif. Adapun Syaikh Al Albani menyatakan bahwa hadits ini shahih).


Dengan demikian seseorang itu akan kembali fitri (suci)

Apabila shilaturrahmi ditinjau dari kacamata hadits ternyata banyak hikmah yang bisa kita petik dianataranya:


1. Sebagai indikasi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat.

  Hal ini sesuai dengan hadist nabi Muhammad SAW yang artinya:

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya melakukan silaturrahmi (Muttafuqun’alaih)


2. Shilaturrahmi bias melapangkan rizki dan memperpanjang umur.

   Rasulullah SAW bersabda :


عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ


     Artinya: Dari Ibnu Syihab dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa ingin lapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali shilaturahmi." (HR. Bukhari) (Shahih No.5986 Versi Fathul Bari) 

    3. Untuk memilihara pertalian nasab dan mendekatkan yang jauh.
        Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya :

   "Kenalilah nisbah (garis keturuan) mu, tentulah kamu menghubungkan rahim (shilaturrahmi) mu, karena sesungguhnya taka da hubungan yang dekat karena Rahim, kalau sudah terputus walaupun dengan ke rabat dekat sekalipun, dan tak ada hubungan yang jauh bila dihubungkan dengan shilaturrahmi walau dengan kerabat jauh sekalipun” (HR. Abu Dawud dan Al Hakim dari Ibnu Abbas RA)

       

  Begitulah pentingnya Merajut Ukhuwwah dengan Shilaturrahmi, mudah-mudahan kita bisa melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari sekalipun bukan dimomen hari Raya Idul Fitri.